Senin, 11 April 2016

cara memilih burung berkicau yang bagus

KRITERIA DASAR PENILAIAN LOMBA BURUNG BERKICAU


KRITERIA DASAR PENILAIAN LOMBA BURUNG BERKICAU

Suatu perlombaan atau kontes apapun jenisnya, pasti ada juri yang menilai dan pasti juga ada standart penilaiannya. Begitu pula halnya dengan Kontes Burung Berkicau tau yang lebih kita kenal dengan nama Lomba Burung Berkicau.
Penghobi Burung yang mulai menapakkan kakinya di lapangan lomba ( arena lomba ), di samping harus berkonsentrasi membentuk gacoan nya agar tampil bagus di lomba, sebaiknya juga harus mengetahui apa saja yang menjadi Kriteria Dasar Penilaian Lomba Burung Berkicau. Hal ini menjadi hal yang sangat penting, agar rekan rekan pelomba bisa memfokuskan perawatan burung ( gacoan ) pada point point utama yang menjadi penilaian.
Ada 3 kriteria dasar Penilaian Lomba Burung Berkicau yang sudah sejak lama disepakati bersama. ketiga kriteria dasar penilaian tsb adalah : irama dan lagu, volume dan suara, serta fisik dan gaya.
  1. IRAMA DAN LAGU
Irama dan lagu ini menjadi penilaian utama dalam ajang lomba burung berkicau. Irama lagu adalah suatu bunyi yang memiliki alunan nada dengan tempo keytukan yang teratur dan serasi. Irama lagu meliputi kombinasi naik turun nya nada, kombinasi panjang pendek nya nada, dan permainan speed irama yang menjadi harmoni selaras ( suatu lagu ) dan enak di dengar ( tidak fals ).
Iranma lagu yang baik adalah irama lagu yang lengkap ( bervariasi, keaktifan bunyi ataugacor, ada tonjolan permainan speed ritme lagu, spasi nada, isian isian yang sesuai dengan nada nada yang lain, dan tidak terpotong potong serta tidak diulang ulang ).
Irama lagu juga harus membentuk keserasian bunyi yang harmonis. Di samping itu, burung harus rajin melantunkan irama irama lagu yang memukau sewaktu mengikuti perlombaan. Terlalu lama ngetem dan sering  ngetem ( kurang rajin berkicau ), menjadi salah satu aspek penilaian di poin ini.
  1. VOLUME DAN SUARA
Volume suara di sini bukanlah berarti peak power atau keras nya suara burung, tetapi lebih menitikberatkan pada kualitas suara burung tersebut. Bukan volume suara yang paling keras lah yang paling baik, tetapi harus ada unsur unsur lain nya seperti kemerduan suara. Kualitas volume suara burung yang baik adalah suara yang empuk ( medium ) tidakcempreng, bersih ( kristal ) tidak parau, dan bersuara nyaring ( lantang ).
  1. FISIK DAN GAYA
Ada dua poin yang perlu akan dilihat dalam penilaian ini, yaitu fisik dan gaya.
  1. Untuk penilaian fisik, dapat dilakukan dengan penglihatan secara langsung,  artinya pada saat perlombaan burung harus sehat, tidak ada cacat ( burung dalam kondisi utuh ), warna bulu burung yang baik dan sempurna, dan hal hal lain yang bisa terlihat. Terkadang kalau juri mengetahui ada kecacatan pada burung biarpun burung tersebut masuk nominasi koncer, walaupun sebenarnya juara I, namun karena ada cacat, tetap tidak bisa juara I.
  2. Untuk penilaian gaya, sangat dinamis tergantung masing masing karakter jenis burung. Tapi intinya, penilaian dititikberatkan pada gaya burung saat berkicau di atastangkringan , sehingga mampu tampil menarik. Burung dapat nagen atau antengberkicau tanpa loncvat loncat atau pun ngruji.

Lomba burung berkicau  adalah sama seperti perlombaan burung bernyanyi, lomba burung berkicau dapat diartikan juga lomba seni suara burung, tentu nya yang menjadi penilaian paling utama adalha kualitas berkicau nya burung.
Untuk dapat mengoptimalkan 3 kriteria dasar penilaian lomba burung berkicau di atas, memang sudah selayaknya di terapkan LOMBA BURUNG TANPA TERIAK. Agar kual;itas irama lagu burung burung yang dilombakan, benar benar dapat optimal dinilai dengan baik oleh para juri.

TATA CARA PENILAIAN LOMBA
Banyak di antara kita yang sering bertanya2 tentang bagaimana sebenarnya cara juri menilai burung dalam lomba. Pada dasarnya, telah ada standar penilaian dalam lomba burung berkicau, yang digunakan secara sama oleh juri2, baik di asosiasi PBI atau asosiasi lain yang ada banyak di Indonesia. Di sini saya sekadar memberikan garis besarnya saja.
Lembar penilaian yang dipegang juri, pada umumnya terdiri dari lima kolom yang membujur ke bawah. Pada bagian atas sendiri, tertulis nama perhimpunan/asosiasi jurinya. Di bawahnya tertera Jenis Burung….(diisi juri); Nama:….(Nama juri) dan Alamat…(Alamat juri). Di bawahnya lagi terdapat lima kolom yang membujur ke bawah. Kolom pertama berisi nomor urut (nomor gantangan burung). Kolom kedua dan selanjutnya berturut2 adalah kolom IRAMA/LAGUVOLUME/SUARA;FISIK/GAYA dan JUMLAH (jumlah nilai).
Prosentase terbesar penilaian adalah pada IRAMA/LAGU, disusul kemudian oleh VOLUME/SUARAdan FISIK/GAYA.
Dalam IRAMA/LAGU, hal utama yang dinilai adalah variasi suara dan speed. Semakin banyak variasi suara, semakin tinggi nilainya. Semakin cepat irama/lagunya, semakin tinggi nilainya.
Dalam VOLUME/SUARA, semakin keras suaranya, semakin tinggi nilainya.
Dalam FISIK/GAYA, juri melihat bagaimana gerak dan olah tubuh si burung. Masing-masing kolom sudah ada nilai maksimalnya sendiri yang berbeda2. Untuk irama/lagu, nilai maksimal dalam BABAK PENYISIHAN adalah 35; volume/suara 23 dan fisik/gaya 22. Sedangkan pada BABAK FINAL adalah 38, 24 dan 23.
Pada lomba yang tidak melalui babak penyisihan, maka nilai diberikan seperti halnya pada babak final yakni 38, 24 dan 23.
Dalam hal irama/lagu, untuk burung2 tertentu dinilai ngerol tidaknya (misal AK, AM, BT), ngropel tidaknya (CR) dan variasi dari isian ngerolnya tersebut. Dalam hal fisik/gaya, juga ada patokan umum yang dipakai. Untuk AM misalnya, secara umum yang dianggap bagus adalah yang teler, ketika teler ini gerak kepala nyacah (kayak mematuk2 kekiri dan kekanan) dan suara keluar; ekor gerak2 buka-tutup, mbebek dan sebagainya. Untuk MB atau tledekan misalnya, dilihat pergerakan ekornya dan ketenangan saat berkicau. Sedangkan untuk kenari atau BT misalnya, dilihat bukaan sayapnya. Semakin membuka sayap dan juga gerak kiri-kanannya rajin, dianggap bagus (tetapi memang lain dengan patokan yang dipakai oleh Papburi).
Meskipun secara umum banyak hal yang dinilai dalam lomba, TETAPI BIASANYA, penilaian juri DIDASARKAN PADA IRAMA/LAGU. Oleh karena itu dalam banyak event, hanya kolom irama/lagu yang diisi secara berbeda oleh juri. Sedangkan kolom volume/suara dan fisik/gaya, biasanya diisi semua dengan nilai maksimal (kecuali burungnya tidak bunyi/gerak sama sekali; nilainya nol/kosong).
Tiga kali kontrolan Untuk diketahui pula, ketika menilai burung, juri biasanya mutar sebanyak 3 kali. Pertama untuk mengontrol burung bunyi apa tidak (sembari menancapkan bendera2 kecil). Mutar kedua, untuk memberi nilai awal. Dalam memberi nilai ini, untuk babak final ataupun babak yang tidak melalui tahap penyisihan, juri akan memberi nilai umum 37 atau 37,5 untuk semua burung yang bunyi, bagaimanapun bunyinya. Sedangkan untuk burung yang sudah terlihat bagus dalam hal irama/lagunya, maka juri akan memberi nilai maksimal 38.
Penilaian itu dilanjutkan untuk mutar yang ketiga, yaitu untuk mengontrol burung2 yang bernilai 38, yakni untuk dibandingkan, mana yang pantas diberi bendera favorit A, B atau C. Ketika diketahui ada 6 atau 10 atau berapapun burung yg punya nilai sama2 maksimal pada irama/lagu, maka juri membandingkan bagaimana halnya dengan volume/suaranya. Jika kedua variabel itu sama, maka akan dilihat varia bel ketiga, yakni fisik/gaya.
Namun pada umumnya pula, dua variabel terakhir tidak dipakai. Maka ketika ada burung sama-sama punya nilai maksimal 38 pada irama/lagu, maka juri akan melihat lebih jauh lagi ttg speed dan variasi agunya. Burung X misalnya, speednya bagus tetapi variasinya kalah dg Y, atau sebaliknya, maka berdiskusilah para juri. Dalam hal diskusi ini, maka suara JURI SENIOR sangat menentukan hasil akhir penilaian. Biasanya pula, juri senior atau yang diseniorkan ini diambilkan juri yang berpengalaman dan berkredibilitas tinggi.
Apapun keputusan tim juri, mereka harus bisa mempertanggungjawabkan hasil penilaiannya dan bisa memberikan argumen yang tepat ketika ditanya peserta yang protes.
Perlu saya tambahkan, meskipun di sana ada juri yang diseniorkan, tetap saja ada juri2 tertentu yang bersikukuh pada pendapatnya (berdasar argumen yang kuat juga), dan memberikan bendera A-nya untuk burung yang berbeda dengan yang ditunjuk juri senior. Dalam hal inilah mengapa sering terjadi bendera favorit A atau B atau C tidak jatuh pada burung yang sama.
Jumlah bendera Untuk menentukan juara 1, 2 dan 3, maka akan dilihat jumlah bendera A terbanyak. Untuk menetukan juara 2, dilihat jumlah bendera B terbanyak, dan satu burung lainnya akan menjadi nomor 3.
Pada kebanyakan lomba, kejuaraan burung diurutkan sampai nomor 10 (10 besar). Untuk menentukan urutan 4-10, dilihat perolehan jumlah nilai masing-masing pada kolom irama/lagu (penjumlahan dari penilaian semua juri).
Nilai tertinggi mendapat gelar juara 4 dan seterusnya. Pada kasus perolehan nilai sama, misalnya ada enam burung sisanya (dari 10 besar) yang bernilai sama, maka dilakukan tos (undian). Jadi dalam hal tos ini, bisa dikatakan bahwa burung juara 5 s.d. 10 berkualitas sama.

VERSI PAPBURI
Sedikit berbeda dengan penilaian lomba burung lain, lomba burung di Papburi khususnya untuk kelas kenari, memang menekankan penilaian pada suara isian hasil pemasteran. Perbedaan itu tercermin dari sebuah artikel yang dimuat di papburisolo.co.cc (Variasi lagu dalam sistem penjurian Papburi).
Disebutkan, beberapa pendapat mengatakan variasi lagu merupakan tolok ukur kualitas burung masteran. Dibanding beberapa point penilaian lain variasi lagu ini mempunyai bobot nilai yang lebih tinggi, pertimbangannnya tentu didasarkan pada usaha yang dilakukan pemilik untuk dapat berhasil memaster burung kesayangannya. Masa ke masa mengenai pemasteran memang kadang berubah, namun perubahan hanya pada jenis bahan masteran itu sendiri, sedangkan usaha menjadikan burung berkualitas master tetap dilakukan.
Pemasteran burung (khususnya kenari) sudah menunjukkan gaungnya. Berbagai upaya dan percobaan juga sudah banyak dilakukan, lalu bagaimana sebenarnya yang mendapatkan nilai tinggi dalam lomba? Sebenarnya variasi lagu ini terbagi dari beberapa sudut penilaian, antara lain seperti :
  • Burung dapat melagukan suara persis seperti masterannya misalnya dimaster dengan prenjak, ciblek dsb
  • Burung mampu menirukan suara lain namun tidak persis seperti masternya
  • Burung mampu merangkai suara masterannya dan terkombinasi dengan suara asli
  • Kombinasi suara asli dengan suara master menjadikannya jadi bersuara unik
Contoh di atas mempunyai nilai yang lebih daripada tanpa masteran sama sekali, tentunya ini berkaitan dengan juri dalam menilai.
Penekanan terkait variasi lagu ini dirasa penting karena dalam sistem penjurian Papburi point ini sangat menentukan, hingga dalam suatu penilaian jika terjadi jumlah nilai yang sama maka variasi lagulah yang menentukan
Dalam lomba Papburi memang dicari burung burung hasil pemasteran karena selain menghargai jerih payah pemaster juga memberikan nuansa lain karena banyaknya jenis kenari, dengan ini juga dapat diketahui kemampuan keturunan berkualitas dari berbagai penangkaran. Banyaknya jenis penangkaran inilah akhirnya turut andil menyumbang suara suara baru ataupun alunan lagu asing yang kadang membuat semuanya terkesima.

PENILAIAN LOMBA BURUNG PLECI
Burung pleci yang lagi naik kelas dan masuk dalam lomba burung berkicau ( sayang nya even PBI blom dapat dimasuk kan karena belum terbukti burung pleci ada yang menangkarkan ) , penilaian nya bagi sebagian orang maupun juri sendiri agak membingungkan, dikarenakan burung pleci yang berkicau nya gampang gampang susah ( hanya yg terlatih yg berkicau ). Sebenarnya tidak usah bingung. Penilaian Lomba Burung Pleci adalah SAMA dengan Penilaian Lomba Burung Berkicau lain nya, dengan 3 kriteria dasar penilaian nya.  Yang juara I adalah tetap yang ngeroll nagen buka paruh. Pada kasus yang terjelek, kalau tidak ada burung pleci yang berbunyi, akan di pilih yang ngriwik  ( sebaiknya ngriwik tidak masuk hitungan ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar